Desanomia [26.3.2025] Para ilmuwan telah mengembangkan suatu metode baru untuk mengurai sampah plastik, dengan memanfaatkan kelembaban dari udara. Dengan menggunakan katalisator yang murah dan membiarkan plastik terpapar udara sekitar, para peneliti berhasil mengurai 94% bahan plastik dalam waktu hanya empat jam. Plastik yang diurai tersebut diubah menjadi asam tereftalat (TPA), sebuah bahan baku yang sangat berharga untuk pembuatan poliester. Karena TPA dapat didaur ulang atau bahkan di-upcycle menjadi bahan yang lebih berharga, proses ini menawarkan alternatif yang lebih aman dan murah dibandingkan dengan metode daur ulang plastik yang ada saat ini. Temuan ini dipublikasikan pada 3 Februari dalam jurnal Green Chemistry.
Yosi Kratish, profesor asisten riset kimia di Northwestern University dan salah satu penulis utama, mengatakan saat ini Amerika Serikat adalah negara penghasil polusi plastik terbesar per kapita, dan mereka hanya mendaur ulang 5% dari plastik-plastik tersebut. Hal yang menarik dari penelitian ini menurut Kratish adalah mereka memanfaatkan kelembaban dari udara untuk mengurai plastik, mencapai proses yang sangat bersih dan selektif. Dengan memulihkan monomer, yaitu bahan dasar dari PET [polyethylene terephthalate], mereka dapat mendaur ulang atau bahkan meng-upcycle-nya menjadi bahan yang lebih bernilai.
Masalah sampah plastic kian hari semakin mengkhawatirkan. Lebih dari separuh plastik yang pernah diproduksi di dunia dibuat sejak tahun 2000, dan produksi tahunan diperkirakan akan berlipat ganda pada tahun 2050, menurut European Environment Agency. Hingga saat ini, hanya 9% dari plastik yang pernah diproduksi yang berhasil didaur ulang. Sisanya, yang memiliki umur sangat panjang, dapat menimbulkan dampak serius bagi lingkungan dan kesehatan. Misalnya, sampah plastik tersebut dapat terbuang ke laut, membentuk gumpalan sampah terapung, merusak satwa liar, dan terurai menjadi mikroplastik yang dapat masuk ke dalam otak manusia dan bagian tubuh lainnya.
Untuk menemukan metode baru dalam mengurai sebagian dari sampah plastik ini, para peneliti menggunakan katalis molibdenum — sebuah logam perak yang dapat ditempa — dan karbon aktif untuk memproses PET, jenis plastik poliester yang paling umum. Mereka kemudian memanaskan campuran tersebut. Dalam waktu singkat, proses ini berhasil memutus ikatan kimia plastik polietilen. Setelah itu, ketika campuran tersebut terpapar udara, bahan tersebut berubah menjadi TPA, bahan baku poliester yang bernilai tinggi, serta asetaldehida, sebuah bahan kimia industri yang juga bernilai tinggi dan mudah dipisahkan dari campuran tersebut.
Saat mereka menguji metode ini pada plastik campuran, para peneliti menemukan bahwa metode ini hanya mempengaruhi bahan plastik poliester. Artinya, mereka tidak perlu menyortir plastik terlebih dahulu. Metode ini berhasil pada botol plastik, kaos, dan plastik berwarna, mengubahnya menjadi TPA yang murni dan tak berwarna. Kratish berpendapat bahwa metode ini berhasil dengan sempurna. Ketika para ilmuwan menambahkan air ekstra, prosesnya berhenti bekerja karena terlalu banyak air. Ini adalah keseimbangan yang sangat halus. Akan tetapi ternyata jumlah air yang ada di udara sudah cukup untuk proses ini.
Langkah berikutnya bagi tim peneliti adalah mengadaptasi proses ini untuk aplikasi industri skala besar. Naveen Malik, penulis utama studi yang saat itu menjadi peneliti di Northwestern University, mengatakan bahwa teknologi mereka memiliki potensi untuk secara signifikan mengurangi polusi plastik, mengurangi jejak lingkungan plastik, dan berkontribusi pada ekonomi sirkular di mana bahan-bahan digunakan kembali daripada dibuang. Ini adalah langkah nyata menuju masa depan yang lebih bersih dan hijau, serta menunjukkan bagaimana kimia inovatif dapat mengatasi tantangan global dengan cara yang selaras dengan alam.
Buah Pikiran
Metode baru yang ditemukan ini menunjukkan terobosan yang luar biasa dalam upaya mengurangi dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan. Dengan memanfaatkan kelembaban udara untuk mengurai plastik menjadi bahan yang lebih berharga seperti TPA, teknologi ini tidak hanya menawarkan solusi untuk mengatasi polusi plastik, tetapi juga memberikan potensi besar untuk menciptakan ekonomi yang lebih berkelanjutan. Namun, meskipun proses ini menunjukkan hasil yang menjanjikan, tantangan terbesar tetap ada pada pengadaptasian teknologi ini untuk aplikasi industri skala besar dan penerimaan di pasar global. Jika berhasil diterapkan, ini bisa menjadi langkah besar dalam mereduksi sampah plastik, yang saat ini masih menjadi masalah lingkungan terbesar di dunia.
Sumber: Livescience